.avatar-image-container{background:url(http://alturl.com/xbwk); width:35px;height:35; } .avatar-image-container img { border:none }

Kamis, 18 Maret 2010

Pria Lebih Cepat Mati????

Di Amerika Serikat dan hampir semua negara lainnya, kaum pria umumnya meninggal tujuh tahun lebih dahulu dibanding kaum wanita dan ternyata ini tidak hanya berlaku pada manusia. Dari kera, burung kenari, sampai katak, "Penelitian mengungkapkan bahwa lebih panjangnya umur betina tampaknya sesuatu yang universal dalam zoologi," ungkap William R. Hazzard, M.D., ketua Department of Internal Medicine di Bowman Gray School of Medicine of Wake Forest University, Winston-Salem, North Carolina.

Sejauh ini belum ada ahli yang bisa memastikan dan menerangkan mengapa hal itu terjadi. Namun para peneliti mempunyai sejumlah teori tentang mengapa wanita umumnya meninggal pada usia 79 tahun, sedangkan pria sudah mendahului sekitar usia 72 tahun.

Merokok dan gaya hidup keras adalah salah satu faktor menentukan bagi kaum pria. Mereka memang lebih menyukai keduanya walaupun sekarang pria perokok mulai berkurang sedangkan wanita perokok bertambah.

Penyebab yang paling utama menurut teori para ahli adalah pria lebih lekas menderita akibat penyakit. Pria di bawah usia 50 tahun dua kali lebih mungkin meninggal akibat penyakit jantung ketimbang wanita pada usia yang sama, terutama karena hormon testosteron, yang tidak memberikan perlindungan sama terhadap kelebihan kolesterol seperti estrogen. Pria juga lebih berpeluang menderita stroke, kanker atau penyakit-penyakit mematikan lain pada usia lanjut.

Sudah barang tentu nasib juga ikut berperan, tetapi pada umumnya Anda dapat mengatasi sebagian besar penyebab-penyebab yang lain. Dengan gaya hidup yang benar, Anda dapat meminimumkan kerusakan yang telah dijadwalkan oleh gen-gen Anda. Atau bahkan menghindar dari sakit sama sekali, maka Anda dapat hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih bahagia sekian dasawarsa lebih banyak dibanding yang tercantum dalam statistik.
(*sumber kompas.com)

Seandainya anda belum sadar akan fakta ini, maka sekarang anda tahu: wanita pada umumnya berumur lebih panjang. Data statistik PBB pada tahun 2006 menunjukkan bahwa angka harapan hidup rata-rata wanita di seluruh dunia lebih tinggi 4,5 tahun daripada angka harapan hidup rata-rata pria (69,5 tahun versus 65 tahun). Di Indonesia sendiri angkanya tidak jauh berbeda. Sekarang pertanyaannya: Mengapa pria yang fisiknya secara kasatmata lebih kuat ternyata malah mati lebih cepat?

Pada awal kehidupan, jawaban yang bersifat biologis lebih mendominasi. Misalnya, pada 12 bulan pertama kehidupan saja, angka kematian bayi laki-laki 25-30 persen lebih tinggi daripada kematian bayi perempuan (faktor-faktor eksternal/kematian tak wajar dikecualikan) . Salah satu penyebab biologisnya adalah gen: Wanita memiliki dua kromosom X (pria hanya punya satu), sehingga cacat bawaan yang terkandung dalam mutasi salah satu kromosom bisa di-cover oleh kromosom yang lain.

Faktor biologis lain yang mempengaruhi adalah hormon: Hormon estrogen yang dimiliki perempuan menjadi salah satu pelindung alami dari perkembangan penyakit jantung, dan perubahan kondisi tubuh perempuan sepanjang hidupnya (menstruasi, kehamilan, beranak, menopause) membuat tubuh mereka secara internal lebih ‘tahan banting’. Sebaliknya, hormon testosteron yang dimiliki pria malahan mendorongnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang membuat jantung makin jedag-jedug, misalnya saja merokok, menyetir ugal-ugalan, berkelahi, atau aktif berburu pasangan.

Lho, mencari pasangan? Ya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kompetisi memperebutkan betina bisa menguras energi para pejantan, dan akhirnya memperpendek umur mereka. Contohnya bisa kita lihat di dunia binatang, seperti domba jantan yang saling adu kepala untuk memperebutkan betina. Tapi itu kan binatang? Di dunia manusia juga terjadi hal yang serupa, meski lebih halus dan kompleks. Ambisi untuk menggapai karir dan status sosial yang tinggi –yang tentu saja menjadi ‘nilai jual’ di mata pasangan dan calon mertua– bisa dijadikan contoh. Menariknya, di dunia binatang sendiri ditemukan kalau umur pejantannya semakin pendek apabila spesiesnya ‘menganut’ poligini, karena itu berarti persaingan akan lebih ketat lagi. Sayang belum ada penelitian serupa terhadap komunitas manusia yang poligininya sudah umum.

Sementara itu, faktor sosiokultural yang menyebabkan perbedaan angka harapan hidup terletak pada persepsi tubuh dan sikap terhadap kesehatan. Menurut Jacques Vallin, seorang demograf, wanita dan pria memiliki sikap yang berbeda terhadap tubuh mereka. Bagi wanita, kecantikan dan awet muda adalah nilai-nilai yang diutamakan, sementara pria menganggap penting kekuatan dan ketangguhan. Akibatnya, wanita lebih intens dalam merawat tubuhnya, sementara pria mengekspos tubuhnya pada lingkungan yang penuh tantangan dan risiko. Hal itu pula yang menyebabkan wanita lebih gampang ke dokter daripada pria. Mungkin para pria menganggap mengeluhkan gejala yang terasa remeh merupakan suatu bentuk kelemahan diri, sehingga mereka baru mau ke dokter ketika penyakitnya sudah cukup parah. Dengan semakin kompleksnya penyakit yang ada di zaman modern ini, tentu para wanitalah yang akhirnya mendapat manfaat maksimal dari penanganan medis sedini mungkin.


0 comments:

Posting Komentar